Rabu, 18 Desember 2013

SAWARNA TIDAK SEWARNA



#berburusunset Hari kelima

Subuh (02/12/13) sudah bangun, selain karena berisik suara mesin motor perahu congkreng dan aktifitas nelayan yang mau mengambil bubu udang lobster disekitar Pulomanuk, saya ingin foto sunrise, sayang langit yang mendung dan gerimis menghalangi matahari terbit.

Pulo Manuk
Sarapan pagi  ditemani monyet – monyet yang sedang mengais -ngais sampah sisa makanan pengunjung. Saya membuat kopi hitam untuk saya dan beberapa nelayan bubu udang, hari ini mereka belum bisa mengangkat bubu karena air laut yang masih pasang dan ombak yang tinggi, sulit untuk mengambil bubu yang berada didasar laut diantara karang – karang, tidak terlalu dalam tapi cukup menyulitkan jika ombaknya besar. 
teman di Pulo Manuk

Pukul 07.00 saya sudah selesai berkemas saya melanjutkan perjalanan menuju Pantai Sawarna. Membelah Gunung Kembang lumayan juga pagi – pagi langsung dikasih sarapan tanjakan, akhir dari tanjakan Gunung Kembang adalah turunan cariang, gak kebayang kalau kondisinya dibalik gimana rasanya nanjaknya, ini aja turun rem sepeda uda ngunci ban belakang masih slip.

Tidak berapa jauh dari turunan Cariang disisi kanan ada gapura bertulis objek wisata Gua Langir, saya belok kanan dan masuk mengikuti jalan yang cukup 2 motor, tidak berapa jauh saya sudah bertemu dengan Gua Langir tapi saya tidak tertarik, saya lebih tertarik di ujung jalan hamparan pasir putih dan bukit – bukit tinggi disisi laut.

Gua Langir dan pasir putihnya

Lama saya menikmati pemandangan yang indah ini sambil saya mengabadikan landscape yang indah, selesai dari sini saya lanjutkan perjalanan menuju desa Sawarna, sebelumnya saya sudah menghubungi kang Hendi pemilik homestay, homestay kang Hendi memang direkomendasi yang biasa dipakai teman – teman pesepeda yang gowes kesana.

Terpikir desa Sawarna sepi tenang, ternyata didepan pintu masuk desa Sawarna sudah ada dua minimarket, selepas menyeberang jembatan gantung saya membayar tiket masuk pantai Sawarna sebesar Rp. 5000,- tiba dihomestay kang Hendi saya bertemu istrinya, tadi ditelepon kang Hendi ngabarin lagi perjalanan balik dari Pelabuhan Ratu.

Welcome drink segelas teh manis hangat disediakan teteh, saya bongkar muatan pannier disepeda dan saya masukan ke kamar, saya cek fisik sepeda ternyata ada satu jari – jari wheelshet belakang patah, salahnya saya tidak memperhitungkan membawa sparepart jari – jari dan kuncinya, ya sudah biar besok diperjalanan mencari bengkel sepeda.

Selesai mencuci baju – baju kotor, saya masuk kamar karena masih pagi saya memilih tidur dan ngecharge handphone dan battery kamera, siang nanti baru jalan keliling – keliling.

Istirahat sudah cukup, sekarang waktunya makan siang, saya kebelakang rumah nyari teteh. Ternyata dibelakang kang Hendi punya saung bertingkat, pasti saung ini yang diceritain teman – teman yang biasa dipake santai – santai, asyik juga pemandangannya sawah, saya ngobrol dengan kang Hendi di saung sambil menunggu makan siang siap. Ada beberapa tempat yang direkomendasi kang Hendi untuk dikunjungi.

Makan siang sudah, ditemani gerimis saya bersepeda menuju pantai Sawarna, pantai dengan hamparan pasir putih yang luas, banyak berjejer warung – warung dipinggir pantai, setelah puas saya melanjutkan ke Tanjung Layar, untungnya bersepeda saya tidak pelu jalan kaki karena jaraknya yang lumayan jauh, di Tanjung Layar saya tidak dapat foto bagus karena masih gerimis.
 
tanjung Layar
saya lanjutkan menuju ke Legon Pari, ada dua cara untuk kesana lewat jalan setapak mendaki satu bukit, atau keluar dulu ke jalan raya lalu masuk dari sana, saya memilih memotong jalan lewat bukit karena lebih dekat dengan jalan setapak dengan resiko sepeda harus dituntun dan jalan menyisiri pantai.

Pantai Legon Pari keindahannya terletak pada bentuk pantainya yang berbentuk teluk kecil, disetiap sisi kita akan melihat pantai berpasir putih, dengan ombak yang tidak terlalu besar karena itu  nelayan banyak menyandarkan perahu congkrengnya disini, seorang teman Asep Kamaludin yang sudah kami anggap lurahnya desa Sawarna karena sejak Desa Sawarna masih sepi wisatawan dia sudah sering kesini menyarankan kalau ingin mendapat sunrise bagus, Legon Pari tempat yang tepat.
 
Legon Pari
Legon Pari
Legon Pari
 
jembatan gantung dari Legon Pari

Gerimis sudah berhenti, langit di Legon Pari masih saja mendung, saya memilih kembali ke homestay melewati jalan yang berbeda dengan saat dateng, lebih mudah walau lebih jauh.

Tiba di Homestay jam 17.35 saya lihat langit mulai cerah, mungkin ada kesempatan buat saya untuk berburu sunset, bergegas saya kembali ke Pantai Sawarna berharap bisa mendapat foto – foto bagus saat matahari terbenam.
Pantai Sawarna
Pantai Sawarna
Pantai Sawarna

Pantai Sawarna
 
Pantai Sawarna
 
Pantai Sawarna
Walaupun saya tidak mendapatkan sunset yang sempurna di Pantai, tapi saya berhasil mendapat objek foto – foto siluet cakep dengan latar belakang sunset.


1 komentar :