Menerima
telepon dari Bang Rhofik kenalan saat di Vihara Dewi Kwan Im, agar mengabari
kalau sudah tiba di Tanjung Pandan, karena ada kawannya dari Babel pos yang
akan interview. Tadinya cuaca terik seketika berubah mendung dan tidak lama
hujan deraspun turun, berhenti sejenak untuk memasukkan solar panel kedalam
pannier dan perjalanan saya lanjutkan dengan berhujan – hujanan.
Makan
siang dengan menu pempek dan gorengan cukuplah mengganjal lapar, bukan gak mau
makan nasi tapi dari selepas Tanjung Binga belum menemukan warung nasi, mampir
di pantai Tanjung Pendam sekedar rebahan melepas ngantuk di kusi panjang
dibawah pendopo yang disediakan untuk wisatawan.
Setiba
di jalan Sriwijaya, Tanjung Pandan saya mampir ke warung mie Belitung Atep, saya
udah niat kalau di Tanjung Pandan untuk nyobain Mie khas Belitung, sama halnya
saat sampai ke manggar wajib nyobain kopi “O” di warung kopi Atet. Nyonya Atep
yang sudah sepuh selama 41 tahun turun tangan sendiri untuk meracik bumbu, Cara
penyajiannya, mie kuning ditata dengan taburan taoge, irisan timun, potongan
kentang rebus, emping melinjo dan terakhir disiram kuah udang kental yang
berwarna kecoklatan. Satu udang ukuran utuh juga disajikan diatas siraman
kuahnya. Aroma kuah kaldunya yang berbau udang sangat menggugah selera apalagi
dimakan saat panas. Disayangkan anak – anaknya tidak ada yang mau melanjutkan
atau membuka cabang di tempat lain.
Janjian
dengan temannya Bang Rhofik, Harmoko wartawan Babel pos didepan boulevard tugu
Batu Satam, setelah bertemu Harmoko, saya diajak menuju warung kopi Ake yang
berada dibelakang kompleks kafe senang. Sebelumnya warung kopi ake berada di
komplek kafe senang, namun saat pemugaran komplek kafe senang, warung kopi ake
pindah kebelakang komplek kafe senang.
Akiong
(59 tahun) yang sekarang mengelola warung kopi Ake adalah generasi ke tiga,
Abok kakek om Akiong lah yang pertama kali mendirikan warung kopi Ake tahun
1922, nama Ake diambil dari nama anaknya (bapaknya Akiong). Saat masih di kompleks kafe senang,
disebelah warung kopi Ake adalah warung soto khas Belitung Mak Janah, warung
soto Mak Janah juga sudah lama berdiri sejak tahun 1925. Warung kopi Ake dan
warung soto Mak Janah adalah simbol kerukunan antar umat beragama di Tanjung
Pandan. Sayangnya semenjak Komplek Kafe Senang dipugar, warung kopi Ake dan
warung soto Mak Janah sekarang sudah tidak berada disatu tempat, warung kopi
Ake pindah kebelakang komplek Kafe Senang dan warung soto Mak Janah pindah ke
belakang Gedung Nasional Kota Tanjung Pandan.
Selain
Harmoko, juga ada kawan – kawan dari Gapabel di warung kopi Ake, obrolan di
warung kopi hari itu hangat suasana keakraban, walau saya baru kenal dengan
mereka, tapi saya tidak merasa menjadi asing. Makan malam saya diajak Yayan dan
Benk ke restoran “Kopi Hati”, dan Bante Budi pemilik restoran kopi hati menjadikan
rumahnya sebagai restoran, Bante budi bersama istrinya yang mengolah masakannya
sendiri. Saya, Yayan dan Benk makan di ruang tamu karena teras sudah penuh
diisi, special masakan di restoran ini adalah pampi gorengnya (mirip kwetiau
goreng) dan es krim durian.
Saya
dan Yayan memesan menu paket “Pampi goreng, es krim durian dan lemon juice”
sedangkan benk memesan kopi, karena dia diet malam gak makan berat. Pampinya
memang juara! Di lidah saya pas. Masakan di “Kopi Hati” semua olahannya tanpa
daging karena Bante Budi si pemiliknya seorang vegetarian. Malam ini saya
menginap di studio Benks berlokasi dirumah Cheppy, ditemani Benk.
Kopi Hati |
Menu special Kafe Hati, Pampi Goreng |
Mie Belitung |
Nyonya Atep sendiri yang melayani racikan Mie Belitung |
kumpul bersama teman - teman media dan Gapabel di warung kopi Ake |
Kafe Senang, tepat berada di depan boulevard tugu batu satam |
Tidak ada komentar :
Posting Komentar