Kamis, 14 Agustus 2014

BALI SEPOTONG DI SIJUK #SunsetBabel



Sehabis subuh saya memasak kopi menggunakan kompor lapangan dan mempersiapkan perlengkapan untuk melanjutkan perjalanan, malam ini saya berencana berkemah di Pantai Tanjung Kelayang bersama Megi dan teman - teman Gapabel (Gabungan Pecinta Alam Belitung).

Senin pagi (09/06/14) saya lanjutkan perjalanan, kurang lebih 10 km perjalanan tibalah saya di Desa Giri Jati, merupakan desa transmigran dari Bali, orang pribumi menyebutnya Balitong (Bali sepotong), sepanjang jalan dikiri kanan  kita akan melihat rumah dengan khas Bali, pura tempat sembahyang, Gapura dan pagar khas Bali lengkap dengan Janurnya, yang membedakan dengan yang di Pulau Dewata dan menjadi ciri kampung Bali di Belitung adalah disekeliling Pura terdapat batu – batu granit besar.

Konon cerita, orang Bali adalah nenek moyang orang Belitung. Diceritakan dahulu ada putri raja di tanah Dewata yang hamil karena berhubungan badan dengan anjing kesayangannya si Tumang, dan sang Raja murka, sang raja mensucikan diri dan meminta kepada tuhan agar sang putri dihukum karena telah membuat malu kerajaan, tuhan mengabulkan permintaan sang raja, tanah semenanjung tempat sang putri berhubungan dengan si Tumang terbelah dan hanyut kearah utara, jadilah potongan semenanjung itu Pulau Belitung.


Kampung Bali, desa Giri Jati

Kampung Bali, desa Giri Jati

Kampung Bali, desa Giri Jati

Sarapan pagi saya membeli roti 2 buah diwarung karena sepanjang jalan saya tidak menemukan warung nasi, tiba di Sijuk jam 10.00 saya coba menghubungi Megi yang asli orang Sijuk, semalam saya sudah berkirim berita lewat sms, sayang HP nya mati. Saya lanjutkan perjalanan, dari Sijuk menuju pesisir pantai jalannya lebar, langit cerah saya sempat berhenti lama dijembatan konstruksi baja untuk foto – foto, dan saya liat dibawah jembatan sampai bibir muara dibibir sungai baru saja ditanami bibit bakau, mungkin ini aktifitas penghijauan Megi dan teman – teman Gapabel kerjakan seperti yang diceritakan Ary Irawan teman saya yang tinggal di Muntok, Bangka Barat.

Jembatan di pesisir pantai di Sijuk

Jembatan di pesisir pantai di Sijuk

Jembatan di pesisir pantai di Sijuk

Jembatan di pesisir pantai di Sijuk

Berpapasan dan saling pandang dijalan, saya dan pengendara motor dengan gaya anak gunung, mungkin ini Megi? Yak, saya pede aja manggil nama Megi, ternyata benar. Megi semalam habis berkemah di Pantai Tanjung Tinggi sama teman – teman pecinta alam SMA 1 Tanjung Pandan. Kami pun berjanjian malam nanti kami akan berkemah di Pantai Tanjung Kelayang.

Megi melanjutkan pulang kerumah untuk istirahat karena kepalanya pusing dan saya melanjutkan menyisir pantai kearah Pantai Tanjung Kelayang. Saya sangat menikmati perjalanan ini, jalan yang lebar, aspal yang mulus, lalu lintas yang sepi dan sepanjang jalan mata dimanjakan pemandangan pesisir pantai pasir putih, laut yang biru dan langit cerah dihiasi awan putih cumulus.

Pantai pertama yang saya singgahi adalah Pantai Ketapang, saya berisitirahat melepas lelah tidur – tiduran di atas pasir putih dilindungi rindangnya pohon Ketapang dari terik matahari. Ini kali kedua setelah Bukit Batu saya melewati tanjakan yang curam selama di pulau Belitung, tanjakan yang menguras tenaga sesampainya di titik penghabisan tanjakan saya melihat tanda petunjuk pantai Teluk Limau di kanan jalan, biar gak penasaran saya masuk dan menyusuri jalan tanah setapak yang hanya bisa dilewati mobil seukuran minibus, semakin lama jalan menyempit sebatas jalan setapak,  sampai saya dipinggir pantai.

Beberapa orang nelayan yang sedang istirahat di bale – bale di bawah pohon, saya berkenalan dengan mereka, dari info yang saya dapat dari mereka disini ada dermaga pelabuhan yang masih baru, saya izin untuk memotret perahu – perahu para nelayan yang sedang ditambat di tonggak sekumpulan kayu – kayu yang ditancap ke dalam laut dan melanjutkan bersepeda menuju dermaga yang masih terlihat baru, melintasi jalan setapak.

Pantai Ketapang

Pelabuhan nelayan Teluk Limau

Pelabuhan nelayan Teluk Limau

dermaga Pelabuhan nelayan Teluk Limau

Setibanya di Pantai Tanjung Tinggi, tempat dimana salah satu lokasi syuting Laskar Pelangi ini, pantainya benar – benar indah, berbentuk teluk disisi barat dan timur dilindungi Batu – batu granit berukuran besar yang membuat pantainya tenang, warna air laut dipantainya yang bikin mata kita terpesona, gradasi warna dari putih pasir ke biru muda lanjut ke biru tua air laut, merupakan lukisan alam yang disediakan tuhan untuk kita nikmati dengan bijak.

Lapar yang tidak tertolong, terlebih sudah jam 14.00, saya memesan makan di warung yang ada dipinggir pantai dengan menu udang saos padang, cah kangkung dan es teh manis. “ Nikmat saat memakannya, menyesal saat membayarnya,  Rp 90.000! dengan uang segitu saya masih bisa buat bertahan makan di warung nasi biasa selama 2 hari, baiklah.. mungkin ini bayaran setimpal untuk keindahan pantai Tanjung Tinggi.

Pantai Tanjung Tinggi

Pantai Tanjung Tinggi

Pantai Tanjung Tinggi

Pantai Tanjung Tinggi

berkemah di Tanjung Kelayang

Menunggu sunset

Menunggu sunset

berkemah di Tanjung Kelayang dan bakar ikan

Tanjung Kelayang

Sore saya tiba di Pantai Kelayang, di pantai Kelayang tersedia satu aula besar yang dibangun oleh pemerintah yang bisa menampung ribuan orang, saat kegiatan Sail Belitung aula tersebut dijadikan pusat kegiatannya. Di Pantai Kelayang Selain perahu nelayan yang bersandar banyak juga perahu wisata untuk berkeliling pulau, khususnya wisata bahari ke menara mercu suar di pulau Lengkuas dan pulau -pulau kecil disekitarnya. 

Sambil menunggu Megi dan teman - teman Gapabel (Gabungan pecinta alam Belitung) datang, saya berbincang - bincang dengan nelayan yang memiliki perahu kecil yang sedang menunggu gelombang laut tenang untuk melaut, mereka bersyukur di Belitung tidak perlu berlayar jauh untuk mendapatkan ikan, tidak seperti di Bangka yang nelayannya harus berlayar lebih jauh dari pantai untuk mendapatkan hasil tangkapan ikan, ikan semakin susah didapat disebabkan di pulau Bangka lautnya sudah banyak yang rusak oleh operasi besar - besaran kapal hisap penambang timah, semua biota dasar laut habis terhisap oleh kapal hisap, tanpa terkecuali terumbu karang yang merupakan rumah bagi ikan.
 
Saya bertemu Megi, Yayan dan Ambon teman – teman dari Gapabel. teman - teman Gapabel ini sangat keras berteriak untuk pelestarian lingkungan di pulau Belitung, mereka tidak ingin sampai kapal hisap masuk ke pulau Belitung seperti yang tejadi kerusakan laut di Bangka,  Malam ini bersama Megi saya berencana berkemah, urusan tempat berkemah saya percayakan kepada Megi, Megi mengajak saya berkemah diantara batu – batu granit besar disisi barat pantai Kelayang, dari tempat berkemah naik sedikit ke atas batu, ada tempat yang pas untuk melihat sunrise dari atas batu granit besar. Menu makan malam ini ikan bakar seminyak yang dibawa Megi, tersisa satu ikan untuk besok sarapan yang kita gantung dipohon, jaga – jaga dari anjing – anjing liar.


Tidak ada komentar :

Posting Komentar