Sehabis
subuh saya memasak kopi menggunakan kompor lapangan dan mempersiapkan
perlengkapan untuk melanjutkan perjalanan, malam ini saya berencana berkemah di
Pantai Tanjung Kelayang bersama Megi dan teman - teman Gapabel (Gabungan
Pecinta Alam Belitung).
Senin
pagi (09/06/14) saya lanjutkan perjalanan, kurang lebih 10 km perjalanan tibalah
saya di Desa Giri Jati, merupakan desa transmigran dari Bali, orang pribumi
menyebutnya Balitong (Bali sepotong), sepanjang jalan dikiri kanan kita akan melihat rumah
dengan khas Bali, pura tempat sembahyang, Gapura dan pagar khas Bali lengkap dengan Janurnya,
yang membedakan dengan yang di Pulau Dewata dan menjadi ciri kampung
Bali di Belitung adalah disekeliling Pura terdapat batu – batu granit besar.
Konon
cerita, orang Bali adalah nenek moyang orang Belitung.
Diceritakan dahulu ada putri raja di tanah Dewata yang hamil karena berhubungan
badan dengan anjing kesayangannya si Tumang, dan sang Raja murka, sang raja
mensucikan diri dan meminta kepada tuhan agar sang putri dihukum karena telah
membuat malu kerajaan, tuhan mengabulkan permintaan sang raja, tanah semenanjung
tempat sang putri berhubungan dengan si Tumang terbelah dan hanyut kearah
utara, jadilah potongan semenanjung itu Pulau Belitung.
|
Kampung Bali, desa Giri Jati |
|
Kampung Bali, desa Giri Jati |
|
Kampung Bali, desa Giri Jati |
Sarapan
pagi saya membeli roti 2 buah diwarung karena sepanjang jalan saya tidak
menemukan warung nasi, tiba di Sijuk jam 10.00 saya coba menghubungi Megi yang
asli orang Sijuk, semalam saya sudah berkirim berita lewat sms, sayang HP nya
mati. Saya lanjutkan perjalanan, dari Sijuk menuju pesisir pantai jalannya
lebar, langit cerah saya sempat berhenti lama dijembatan konstruksi baja untuk
foto – foto, dan saya liat dibawah jembatan sampai bibir muara dibibir sungai
baru saja ditanami bibit bakau, mungkin ini aktifitas penghijauan Megi dan teman
– teman Gapabel kerjakan seperti yang diceritakan Ary Irawan teman saya yang tinggal di
Muntok, Bangka Barat.
|
Jembatan di pesisir pantai di Sijuk |
|
Jembatan di pesisir pantai di Sijuk |
|
Jembatan di pesisir pantai di Sijuk |
|
Jembatan di pesisir pantai di Sijuk |
Berpapasan
dan saling pandang dijalan, saya dan pengendara motor dengan gaya anak gunung, mungkin ini Megi? Yak, saya
pede aja manggil nama Megi, ternyata benar. Megi semalam habis berkemah di Pantai
Tanjung Tinggi sama teman – teman pecinta alam SMA 1 Tanjung Pandan. Kami pun
berjanjian malam nanti kami akan berkemah di Pantai Tanjung Kelayang.
Megi
melanjutkan pulang kerumah untuk istirahat karena kepalanya pusing dan saya
melanjutkan menyisir pantai kearah Pantai Tanjung Kelayang. Saya sangat
menikmati perjalanan ini, jalan yang lebar, aspal yang mulus, lalu lintas yang
sepi dan sepanjang jalan mata dimanjakan pemandangan pesisir pantai pasir
putih, laut yang biru dan langit cerah dihiasi awan putih cumulus.
Pantai
pertama yang saya singgahi adalah Pantai Ketapang, saya berisitirahat melepas
lelah tidur – tiduran di atas pasir putih dilindungi rindangnya pohon Ketapang
dari terik matahari. Ini kali kedua setelah Bukit Batu saya melewati tanjakan
yang curam selama di pulau Belitung, tanjakan yang menguras tenaga sesampainya
di titik penghabisan tanjakan saya melihat tanda petunjuk pantai Teluk Limau di
kanan jalan, biar gak penasaran saya masuk dan menyusuri jalan tanah setapak
yang hanya bisa dilewati mobil seukuran minibus, semakin lama jalan menyempit
sebatas jalan setapak, sampai saya dipinggir pantai.
Beberapa orang nelayan yang sedang
istirahat di bale – bale di bawah pohon, saya berkenalan dengan mereka, dari info yang saya dapat dari mereka disini ada dermaga pelabuhan yang masih baru, saya
izin untuk memotret perahu – perahu para nelayan yang sedang ditambat di tonggak sekumpulan
kayu – kayu yang ditancap ke dalam laut dan melanjutkan bersepeda menuju dermaga yang masih terlihat baru, melintasi jalan setapak.
|
Pantai Ketapang |
|
Pelabuhan nelayan Teluk Limau |
|
Pelabuhan nelayan Teluk Limau |
|
dermaga Pelabuhan nelayan Teluk Limau |
Setibanya di Pantai Tanjung Tinggi, tempat dimana salah satu lokasi syuting Laskar Pelangi ini, pantainya benar –
benar indah, berbentuk teluk disisi barat dan timur dilindungi Batu – batu
granit berukuran besar yang membuat pantainya tenang, warna air laut dipantainya yang
bikin mata kita terpesona, gradasi warna dari putih pasir ke biru muda lanjut
ke biru tua air laut, merupakan lukisan alam yang disediakan tuhan untuk kita nikmati
dengan bijak.
Lapar
yang tidak tertolong, terlebih sudah jam 14.00, saya memesan makan di warung yang
ada dipinggir pantai dengan menu udang saos padang, cah kangkung dan es teh manis. “
Nikmat saat memakannya, menyesal saat membayarnya, Rp 90.000! dengan uang
segitu saya masih bisa buat bertahan makan di warung nasi biasa selama 2 hari,
baiklah.. mungkin ini bayaran setimpal untuk keindahan pantai Tanjung Tinggi.
|
Pantai Tanjung Tinggi |
|
Pantai Tanjung Tinggi |
|
Pantai Tanjung Tinggi |
|
Pantai Tanjung Tinggi |
|
berkemah di Tanjung Kelayang |
|
Menunggu sunset |
|
Menunggu sunset |
|
berkemah di Tanjung Kelayang dan bakar ikan |
|
Tanjung Kelayang |
Sore saya tiba di Pantai Kelayang, di pantai Kelayang tersedia satu aula besar yang dibangun oleh pemerintah yang bisa menampung ribuan orang, saat kegiatan Sail Belitung aula tersebut dijadikan pusat kegiatannya. Di Pantai Kelayang Selain perahu nelayan yang bersandar banyak juga perahu wisata untuk berkeliling pulau, khususnya wisata bahari ke menara mercu suar di pulau Lengkuas dan pulau -pulau kecil disekitarnya.
Sambil menunggu Megi dan teman - teman Gapabel (Gabungan pecinta alam Belitung) datang, saya berbincang - bincang dengan nelayan yang memiliki
perahu kecil yang sedang menunggu gelombang laut tenang untuk melaut, mereka bersyukur di Belitung tidak perlu berlayar jauh untuk mendapatkan ikan, tidak seperti di Bangka yang nelayannya harus berlayar lebih jauh dari pantai untuk mendapatkan hasil tangkapan ikan, ikan semakin susah didapat disebabkan di pulau Bangka lautnya sudah banyak yang rusak oleh operasi besar - besaran kapal hisap penambang timah, semua biota dasar laut habis terhisap oleh kapal hisap, tanpa terkecuali terumbu karang yang merupakan rumah bagi ikan.
Saya bertemu Megi,
Yayan dan Ambon teman – teman dari Gapabel.
teman - teman Gapabel ini sangat keras berteriak untuk pelestarian lingkungan di pulau Belitung, mereka tidak ingin sampai kapal hisap masuk ke pulau Belitung seperti yang tejadi kerusakan laut di Bangka, Malam ini bersama Megi saya berencana berkemah, urusan tempat berkemah saya percayakan
kepada Megi, Megi mengajak saya berkemah diantara batu – batu granit besar
disisi barat pantai Kelayang, dari tempat berkemah naik sedikit ke atas batu, ada tempat yang
pas untuk melihat sunrise dari atas batu granit besar. Menu makan malam ini
ikan bakar seminyak yang dibawa Megi, tersisa satu ikan untuk besok sarapan
yang kita gantung dipohon, jaga – jaga dari anjing – anjing liar.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar