Ikan
sisa bakaran semalam oleh Megi dibakar lagi untuk sarapan, saya memasak mie
instant dan membuat kopi “O”. Selasa pagi (10/06/14) setelah sarapan, Tenda,
perlengkapan kemah, perlengkapan masak sudah dipacking dan dimasukkan ke dalam
pannier, setelah berpamitan dengan Megi saya melanjutkan perjalanan menuju
Tanjung Pandan
Tiba
di Tanjung Binga, lokasinya tidak jauh dari Tanjung Kelayang tempat semalam saya
berkemah, Tanjung Binga adalah perkampungan
nelayan yang mayoritas asal Bugis tepatnya Kecamatan Salomekko, Bone bagian
Selatan, keseharian mereka kebanyakan adalah nelayan penangkap ikan – ikan
sejenis teri yang selanjutnya di olah menjadi ikan asin.
Hampir
disepanjang pesisir pantai berjejer bentang – bentang panggung dengan kaki –
kaki kayu yang ditancapkan ke dasar pantai, bentang panggung digunakan untuk
menjemur ikan – ikan yang sedang dikeringkan, disetiap bentang terdapat gubuk
beratapkan seng yang dijadikan tempat untuk menaruh ikan yang sudah
dikeringkan. Tidak seperti di wilayah pesisir lainnya di Pulau Belitung, di
Tanjung Binga kapalnya berbeda, lebih besar dengan cadik yang lebih
lebar, kalo diliat dari fungsinya cadik kapal ini selain untuk penyeimbang juga
digunakan untuk landasan saat melepas jaring – jaring ke laut.
Tidak
seperti yang pernah saya liat pengolahan ikan asin di Muara Angke, di Tanjung
Binga tempat pengolahannya bersih, tidak berbau amis dan bersih dari lalat – lalat,
nelayan disini menjamin ikan hasil olahannya bebas dari bahan pengawet formalin
dibuktikan dengan tidak ada lalat yang menempel.
Nelayan
– nelayan di Tanjung Binga juga biasa menyewakan perahu – perahu mereka untuk
digunakan keliling pulau - pulau kecil yang terdapat didepan Tanjung Binga
seperti pulau Burung, Pulau Kepayang, Pulau Lutong, Pulau Kera dan pulau
Lengkuas yang sudah menjadi ikon wisata bahari Pulau Belitung dengan Mercu Suar
peninggalan Belanda yang masih aktif.
Sedikit
menaiki bukit, sampai saya di Resort Bukit Berahu, bukit dengan rindang
mayoritas pohon duren, sayang lagi gak musim, dari puncak bukit kita bisa
melihat laut lepas yang menghadap ke barat selat Gaspar berhadapan dengan pulau
Bangka, menuruni bukit sampai ke pantai terdapat beberapa bangunan cottages,
ditengah laut yang biru beberapa perahu nelayan Bugis lego jangkar tidak
melaut.
|
Dermaga Tanjung Binga |
|
Dermaga Tanjung Binga |
|
Proses penjemuran ikan asin |
|
Proses penjemuran ikan asin |
|
Proses penjemuran ikan asin |
|
Proses penjemuran ikan asin |
|
Bermain, menemani orang tua bekerja |
|
Proses penjemuran ikan asin |
|
Proses memasak ikan asin |
|
Proses memasak ikan asin |
|
Packing ikan asin yang telah selesai diolah |
|
Pemandangan dari atas resort Bukit Berahu |
Perjalanan
saya lanjutkan menuju Tanjung Pandan, jarak yang tidak sampai 40 km saya tempuh
perjalanan dengan santai. Siang cuaca cukup terik, memasuki Dzuhur saya mampir
di surau untuk shalat sekalian mandi karena saat berangkat pagi di Tanjung
Kelayang saya tidak mandi. Saat akan melnjutkan perjalanan panas matahari masih
terik, untuk mengurangi panas di tubuh baju saya basahkan.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar