Kamis, 14 Agustus 2014

DIJAMIN TANPA FORMALIN IKAN ASIN TANJUNG BINGA #SunsetBabel



Ikan sisa bakaran semalam oleh Megi dibakar lagi untuk sarapan, saya memasak mie instant dan membuat kopi “O”. Selasa pagi (10/06/14) setelah sarapan, Tenda, perlengkapan kemah, perlengkapan masak sudah dipacking dan dimasukkan ke dalam pannier, setelah berpamitan dengan Megi saya melanjutkan perjalanan menuju Tanjung Pandan

Tiba di Tanjung Binga, lokasinya tidak jauh dari Tanjung Kelayang tempat semalam saya berkemah,  Tanjung Binga adalah perkampungan nelayan yang mayoritas asal Bugis tepatnya Kecamatan Salomekko, Bone bagian Selatan, keseharian mereka kebanyakan adalah nelayan penangkap ikan – ikan sejenis teri yang selanjutnya di olah menjadi ikan asin.

Hampir disepanjang pesisir pantai berjejer bentang – bentang panggung dengan kaki – kaki kayu yang ditancapkan ke dasar pantai, bentang panggung digunakan untuk menjemur ikan – ikan yang sedang dikeringkan, disetiap bentang terdapat gubuk beratapkan seng yang dijadikan tempat untuk menaruh ikan yang sudah dikeringkan. Tidak seperti di wilayah pesisir lainnya di Pulau Belitung, di Tanjung Binga kapalnya berbeda, lebih besar dengan cadik yang lebih lebar, kalo diliat dari fungsinya cadik kapal ini selain untuk penyeimbang juga digunakan untuk landasan saat melepas jaring – jaring ke laut.

Tidak seperti yang pernah saya liat pengolahan ikan asin di Muara Angke, di Tanjung Binga tempat pengolahannya bersih, tidak berbau amis dan bersih dari lalat – lalat, nelayan disini menjamin ikan hasil olahannya bebas dari bahan pengawet formalin dibuktikan dengan tidak ada lalat yang menempel.

Nelayan – nelayan di Tanjung Binga juga biasa menyewakan perahu – perahu mereka untuk digunakan keliling pulau - pulau kecil yang terdapat didepan Tanjung Binga seperti pulau Burung, Pulau Kepayang, Pulau Lutong, Pulau Kera dan pulau Lengkuas yang sudah menjadi ikon wisata bahari Pulau Belitung dengan Mercu Suar peninggalan Belanda yang masih aktif.

Sedikit menaiki bukit, sampai saya di Resort Bukit Berahu, bukit dengan rindang mayoritas pohon duren, sayang lagi gak musim, dari puncak bukit kita bisa melihat laut lepas yang menghadap ke barat selat Gaspar berhadapan dengan pulau Bangka, menuruni bukit sampai ke pantai terdapat beberapa bangunan cottages, ditengah laut yang biru beberapa perahu nelayan Bugis lego jangkar tidak melaut.


Dermaga Tanjung Binga
Dermaga Tanjung Binga

Proses penjemuran ikan asin

Proses penjemuran ikan asin

Proses penjemuran ikan asin

Proses penjemuran ikan asin

Bermain, menemani orang tua bekerja

Proses penjemuran ikan asin

Proses memasak ikan asin

Proses memasak ikan asin

Packing ikan asin yang telah selesai diolah

Pemandangan dari atas resort Bukit Berahu

Perjalanan saya lanjutkan menuju Tanjung Pandan, jarak yang tidak sampai 40 km saya tempuh perjalanan dengan santai. Siang cuaca cukup terik, memasuki Dzuhur saya mampir di surau untuk shalat sekalian mandi karena saat berangkat pagi di Tanjung Kelayang saya tidak mandi. Saat akan melnjutkan perjalanan panas matahari masih terik, untuk mengurangi panas di tubuh baju saya basahkan.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar