semalam, soto khas Belitung,
bedanya saya minta dibikinin porsi double untuk ekstra tenaga melanjutkan ke
Gantung. Setelah sarapan saya berpamitan dengan Bang Yus untuk melanjutkan
perjalanan, dan Bang Yus menyarankan mampir ke Batu Buyung, searah menuju
Gantung asal lewat jalan pesisir.
Selepas
desa Batu Itam, Simpang Pesak Jalannya sangat sepi, disisi kiri dan kanan jalan
dipenuhi semak belukar yang menutup sisi jalan, mungkin karena terlalu jarang
dilewati. Esoknya setelah sarapan pagi (07/06/14) dengan menu yang sama seperti
Saya tiba di sebuah gapura tanpa dilengkapi keterangan, disekelilingnya tidak
ada warung atau rumah penduduk, orang yang melintas dijalan rayapun tidak ada.
Saya masuk kedalam gapura jalan, menurun tajam sampai di ujung aspal dengan area
parkir mobil, dari sini terlihat laut lepas dari ketinggian, bukan tanah yang
saya pijak tapi batu yang seukuran lapangan basket yang langsung menjorok dalam
kelaut, disisi kiri saya terdapat batu seukuran kira – kira mobil avanza, ada
sebuah pendopo kosong tidak terawat, Apakah ini lokasi wisata Batu Buyung? ingin
bertanya tapi sama siapa? Disini benar – benar sepi tanpa petugas atau orang
yang melintas.
|
Jalan yang sepi, disisi kiri dan kanan jalan habis tertutup semak belukar |
|
Di sisi kiri adalah Batu Buyung |
|
Batu dengan luas hampir seukuran lapangan basket |
|
Jalan ke Batu Buyung |
|
Pendopo di Batu Buyung yang tidak terawat |
Sangat
disayangkan, sama seperti fasilitas di Pantai Punai tidak terawat dan yang
lebih disayangkan tidak ada penanda atau petunjuk di gapura, kalau benar ini
Batu Buyung, pantas saja banyak cerita – cerita masyarakat setempat yang lebih
berbau magis, karena memang disekitar lokasi wisata tidak terdapat perkampungan
ataupun warung seperti biasanya ada di lokasi wisata.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar